Selasa, 01 Maret 2016

Mengenal dan Mengenang Syekh Nawawi di Tanara

SERANG - Banten merupakan daerah di Jawa yang kaya akan wisata ziarah, di antaranya makam Syekh Mansyur di Cikaduen Pandeglang, Masjid Agung Banten Lama di Kasemen Kota Serang, hingga Makam Sultan Pangeran Sunyararas di Tanara, Kabupaten Serang. Selain makam Sultan Pangeran Sunyararas di Tanara, masih banyak lagi wisata ziarah lainnya di Banten yang keberadaannya sangat banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal, nusantara hingga wisatawan mancanegara. Bahkan menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banten, wisata ziarah merupakan salah satu wisata yang banyak mendapatkan kunjungan. Terlebih di saat hari besar agama Islam, seperti Lebaran Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Islam hingga Isra Miraj.


Makam Sultan Pangeran Sunyararas berlokasi di Desa Tanara, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, tempat di mana ulama besar dunia dilahirkan dan berkarya untuk umat manusia. Makam Sultan Pangeran Sunyararas juga menjadi salah satu wisata ziarah yang banyak dikunjungi wisatawan. Di hari biasa, wisatawan yang berkunjung kebanyakan ibu-ibu pengajian dan kelompok majelis taklim yang berada di wilayah Banten. Di hari besar agama Islam, pengunjung yang datang banyak dari daerah luar Banten, seperti Garut, Tasikmalaya, Semarang, Solo, Surabaya, hingga Makasar, Sulawesi Tenggara. "Apalagi kalau acara haul Syekh Nawawi Al Bantani Tanara, pengunjung yang datang itu bisa puluhan ribu dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap haul, banyak pejabat pemerintah yang hadir. Malah pernah dihadiri Presiden SBY juga," ujar Randhoni (24), warga Tanara yang sering berziarah ke makam tersebut, kepada Banten Raya, Senin (17/9).

Untuk ke makam Sultan Pangeran Sunyararas, hanya membutuhkan waktu 50-70 menit jika naik kendaraan pribadi dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Lokasi makam Sultan Pangeran Sunyararas ini berada di kampung halaman ulama besar dunia, yakni Syekh Nawawi Al Bantani Tanara. Syekh Nawawi itu sendiri wafat dan dimakamkan di Ma'la Kota Mekkah, namun tidak sedikit wisatawan yang berkunjung ingin mengetahui lebih dekat napak tilas Syekh Nawawi tersebut. Apalagi sejarah bercerita banyak tentang kehebatan Syekh Nawawi yang karyanya menjadi rujukan utama  berbagai pesantren di tanah air, bahkan di luar negeri. Syekh Nawawi telah menghasilkan banyak buku yang menjadi pegangan dan kajian  ulama dalam dan luar negeri. "Sebagian karya beliau ditulis di kampung ini, bahkan beberapa cukilan karyanya masih ada di tempat kelahiran beliau di Kampung Pesisir, Tanara ini," ujar salah seorang petugas jaga makam Sultan Pangeran Sunyararas yang enggan disebutkan namanya.

Menurut Ahmad Sholeh (22), mahasiswa UIN Ciputat yang ziarah ke makam tersebut, bagi kalangan intelektual Islam, sosok Syekh Nawawi menjadi salah satu magnit tersendiri. Terlebih ketika sudah mempelajari karyanya yang menjadi sumbangan besar bagi perkembangan agama Islam di dunia. "Indonesia harusnya bangga memiliki syekh yang mendunia karena ilmunya, seperti Syekh Nawawi ini. Karena itulah, saya sering ziarah dan mengunjungi tempat-tempat yang pernah didiami beliau untuk mengenang sekaligus mencari berkah dan hikmahnya," kata Sholeh.

Berbeda dengan yang diungkapkan Asmawi (47), warga Kresek, Kabupaten Tangerang. Kata Asmawi, ia selalu mengajak keluarganya untuk ziarah ke makam-makam ulama besar dan sultan yang menyebarkan ajaran Islam di Banten dan Indonesia. Bagi Asmawi, ziarah itu penting untuk dilakukan sebagai bahan ajar dan pendidikan agama yang efektif kepada anak-anaknya. Sekaligus mengingatkan dirinya atas kematian, bahwa semua yang ada di dunia ini, termasuk nyawa dirinya adalah kepunyaan Allah SWT. "Jadi motif saya ziarah itu semata-mata mengingat akan kebesaran Allah, sekaligus memberikan pendidikan agama dan dakwah yang efektif bagi anak-anak saya, sehingga kelak bisa menjadi ulama besar seperti Syekh Nawawi. Setidaknya ikut mengamalkan ajaran-ajaran Islam di kehidupannya sehari-hari," kata Asmawi. Komplek wisata ziarah Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi tersebut sebenarnya ada empat lokasi, di sekitar Desa Tanara. Selain makam Sultan Pangeran Sunyararas, ada juga Masjid Agung Tanara (Bait An-Nawawi) di Kampung Pesisir, Kecamatan Tanara, Kabupaten  Serang, yang kerap dikunjungi wisatawan. Lokasi masjid tersebut dekat sekali dengan rumah tempat Syekh Nawawi dilahirkan. Bahkan di masjid itulah konon Syekh Nawawi menuliskan karya-karyanya yang menjadi rujukan seluruh umat Islam di dunia.

Sekilas tentang Syekh Nawawi

Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani Al-Jawi lahir di Kampung Pesisir, Desa Tanara,  Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, pada tahun 1815 . Rumah Syekh Nawawi persis berada di samping Masjid Bait An-Nawawi yang kemudian dikenal dengan masjid Agung Tanara. Masjid tersebut merupakan peninggalan Raja Banten Pertama,  yaitu Sultan Maulana Hasanuddin, yang memerintah kesultanan Banten tahun  1552 hingga 1570. Sejak umur 15 tahun, Syekh Nawawi pergi ke  Makkah dan tinggal daerah Syi’ab Ali. Syekh Nawawi wafat pada usia 82 tahun, tepatnya tahun1897, dan dimakamkan di Ma’la, Kota Mekkah. Syekh Nawawi terkenal karena kitab-kitab yang diterbitkan di Mesir. Kitab-kitab karangannya menjadi bagian dari kurikulum  pendidikan agama di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan Malaysia, Filipina,  Thailand, dan juga negara-negara di Timur Tengah. Atas karyanya itu, semua orang menjulukinya sebagai Imam Nawawi kedua. Kitab yang ditulisnya dan yang terkenal serta banyak dipelajari ada sekitar 22 kitab.  Syekh Nawawi pernah membuat tafsir Al Quran berjudul Mirah Labid yang berhasil  membahas dengan rinci setiap ayat suci Al Quran. Buku beliau tentang etika  berumah tangga, berjudul Uqudul Lijain diterjemahkan ke Bahasa Indonesia,  telah menjadi bacaan wajib para mempelai yang akan segera menikah. Kitab  Nihayatuz Zain sangat tuntas membahas berbagai masalah fiqih (syariat  Islam). Sebuah kitab kecil tentang syariat Islam yang berjudul Sullam (Habib  Abdullah bin Husein bin Tahir Ba’alawi), diberinya Syarah (penjelasan rinci)  dengan judul baru Mirqatus Su’udit Tashdiq satu karya beliau dalam hal kitab  hadits adalah Qoul, syarah Kitab Lubabul Hadith (Imam Suyuthi). Kitab Hadits  lain yang sangat terkenal adalah Nashaihulbergantian oleh Alm. KH Mudzakkir  Ma’ruf dan KH Masrikhan (dari Masjid Jami Mojokerto) dan disiarkan berbagai  radio swasta di Jawa Timur. Kitab itu adalah syarah dari kitabnya Syekh Ibnu  Hajar Al-Asqalani. (Sofiyan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates Published.. Blogger Templates